Kenapa kita hanya diberi tahu untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit?
Kenapa kita hanya diberi semangat untuk meraih mimpi tersebut?
Akan tetapi tidak ada yang menyadarkan kita,
ada masanya kita harus melepas pergi mimpi tersebut.
Sesak.
Sakit.
Gusar.
Takut.
Awalnya begitu.
Tapi.... ada satu perasaan lapang.
Tenang. Terkendali.
Ku coba mengurai apa manfaat mimpi tersebut.
Untukku? Bukan.
Tapi untuk orang tersayang.
Ketika mimpi tersebut, hanya untuk kepuasan batin diri sendiri,
maka timbanglah kembali. Mungkin itu yang dinamakan obsesi.
Kini kubulatkan tekad untuk melepaskannya pergi.
Pergi dari hatiku. Pergi dari pikiranku. Pergi dari waktuku.
Ku niatkan saja membahagiakan orang tersayang.
Sudah cukup aku dengan duniaku.
Akan kuhentikan sejenak putaran duniaku.
Setidaknya, aku takkan menyesal.
Karena aku mati dengan telah membahagiakan orang tersayang,
dalam satu masa hidupku.
Grapes from vineyard in Alba, Italia
humm cosa e sucesso?? Aaah baiklah, bukankah semuanya terjadi untuk sebuah alasan yang baik?. Dan pasti engkau akan baik-baik
RispondiEliminasukses itu keseimbangan antara kepuasan batin atas panggilan hati, terwujudnya mimpi, serta manfaat pada orang sekitar. Aku melepas mimpi, karena ego untuk mendapat kepuasan batin terlalu besar, dan kemungkinan besar menyakiti keluarga. Jadi, lebih baik berusaha mewujudkan mimpi lainnya, yang lebih manfaat.
EliminaBetul mba, semua terjadi untuk alasan yang baik. Belajar bijak mewujudkan mimpi.
Grazie mille per il tuo commento :)