Blogwalking selalu menambah pengetahuanku tentang apa pun. Memulai dari satu kata kunci pencarian, hingga lupa awalnya mencari tahu tentang apa.
Tiba-tiba terbayang ruang keluarga di rumah keluarga besar Mama di Kramat Lontar. Lemari buku dari kayu jati yang dipenuhi dengan buku-buku lama. Tak heran, karena memang Dedeh (panggilan untuk nenek) dulu memiliki percetakan buku bernama Percetakan Endang. Dan lebih tak mengherankan lagi, karena Kokoh (panggilan untuk kakek) adalah seorang penulis dan pemimpin redaksi di Percetakan tersebut. Setahuku, Kokoh adalah seorang wartawan yang memiliki kedekatan dengan Soekarno, Adam Malik, dan para pejuang lain. Kokoh dan Dedeh adalah pejuang media pada saat perjuangan. Meski mungkin, nama Sayuti Melik lebih dikenal masyarakat, namun sumbangsih mereka tak kalah. Mama pernah bercerita, bahwa Kokoh selalu duduk di mejanya, dengan pena dan kertas. Ia mencintai hidupnya sebagai penulis.
Awalnya, aku hanya ingin mencari karya-karya Kokoh (H. Achmad Notosoetardjo). Ternyata banyak sekali buku-bukunya yang digunakan sebagai rujukan, hingga ke universitas-universitas di luar negeri, terutama di Belanda. Menariknya, saat blogwalking, aku membaca tulisan Roso Daras, tentang resensi sebuah buku karya Kokoh. Roso Daras menceritakan sedikit tentang 'curhat' Kokoh di kata pengantar.
Guna menyusun buku ini, Notosoetardjo tampak betul telah mendedikasikan dirinya penuh guna terhimpunnya bahan-bahan yang relevan. Bahkan dalam kata pengantar, Notosoetardjo sedikit “curhat”, bahwa untuk keperluan penyusunan buku, penghimpunan data, ia harus berkorban tidak hanya pikiran, tenaga, dan waktu, tetapi juga dana. Bahkan ia mengilustrasikan, jika mau, dana yang dikeluarkannya cukup untuk membangun sebuah villa di Puncak, untuk beristirahat bersama keluarga.
Perjuangan Kokoh adalah benar adanya. Hingga saat ini, tanah keluarga di Puncak, tak pernah ada bangunan. Aku baru menyadari, bahwa itu adalah sebuah pengorbanan yang Kokoh lakukan demi penyusunan bukunya berjudul Bung Karno di Hadapan Pengadilan Kolonial.
Mungkin kemampuan Kokoh sebagai penulis, wartawan, dan pejuang, terinspirasi dan tertanam dari leluhurnya yang seorang pujangga, Raden Ronggo Warsito. Semoga kelak ada salah satu dari kami keturunan Kokoh yang mampu melanjutkan kecintaan menulis. Garis keturunan ternyata sangat menarik untuk ditelusuri, untuk mengetahui siapa kita, siapa leluhur kita, dan apa yang mampu kita ambil manfaat dari sejarah keturunan kita.
Ya Rabb, ampunilah dosa Kakek kami, terimalah amalannya, berilah ia tempat terbaik di sisi-Mu.
Dan jadikanlah ilmu dan pengetahuan yang beliau sumbang di dunia, menjadi amal jariyah yang tak pernah putus untuknya. Robbana wa taqobbal du'a.
Makam Kokoh (H.Achmad Notosoetardjo)
Pemakamam Karet Bivak, Jakarta
0 comments:
Posta un commento